Postingan

KOTA TEMBAKAU: SELEPAS HUJAN REDA

Gambar
Selepas hujan reda, langit kota masih menggantungkan sisa mendung yang belum sempat sepenuhnya luruh. Jalanan licin, aspal menghitam, dan udara membawa wangi tanah basah bercampur samar aroma tembakau yang sudah lama menjadi nyawa kota ini. Aku melaju pelan di antara sisa genangan, dengan hati yang, entah bagaimana, lebih riuh dari suara hujan yang baru saja berhenti. Hari itu, ada denyut yang tak biasa, semacam rasa syukur yang muncul hanya karena aku sedang menuju seseorang yang membuat hari ini lebih berarti dari biasanya, dan jalan menuju temu menjadi perjalanan yang ingin kuabadikan sepanjang usia. Aku terlambat, bukan karena sengaja, tapi karena lampu merah itu seolah berkonspirasi dengan waktu, menahanku di tiap detiknya yang terasa lambat sebelum akhirnya berubah hijau. Setiap angka di hitungan mundur terasa seperti ujian kesabaran yang tak kunjung selesai. Di antara helaan napas yang berat dan degup yang tak karuan, aku hanya bisa berharap kamu mau menunggu, sepert...

STRAWBERRY SUNDAE

Gambar
Segalanya bermula sesederhana strawberry sundae yang tak sengaja kita pesan bersamaan di kedai kecil itu. Dua kursi terpisah, satu meja panjang yang menghubungkan kita tanpa niat. Dua bola mata bertemu dalam jeda tak terencana, seolah semesta terlalu iseng mempertemukan dua orang yang sama-sama tidak sedang mencari siapa-siapa. Saat itu aku merasa, barangkali memang ada benang tak kasat yang mengikat kita dalam situasi yang sebentar ini. Kecantikanmu bukan perkara bentuk, bukan pula tentang cara rambutmu jatuh atau caramu tersenyum. Kecantikanmu adalah caramu menunduk saat malu, caramu menahan tawa saat obrolan mulai tak jelas ujungnya. Kecantikanmu adalah kehadiranmu yang tak berniat mencuri perhatian, tapi tetap menguasai ruang dengan sederhana. Sejak itu aku tahu, ada sesuatu yang lahir di dadaku: bukan gejolak, tapi semacam pengakuan sunyi bahwa aku ingin mengenalmu lebih jauh. Kita berbincang, seolah waktu memutuskan memberi bonus detik-detik tambahan yang tak pernah k...

SAID I LOVE YOU FOR 49 DAYS

Gambar
Aku tak tahu persis kapan segalanya dimulai. Hanya ingat kali pertama menatapmu, dunia seolah memberi jeda sepersekian detik lebih lama dari biasanya. Ada rasa yang tak asing, seolah aku mengenalmu jauh sebelum kita dilahirkan, sebelum langkah kita saling bersilang di ruang ini. Bukan sekadar rasa suka yang muncul tiba-tiba, tapi semacam pengakuan sunyi dari jiwa yang akhirnya menemukan satu fragmen hilang yang lama ia cari. Saat itu aku tahu, ada cerita yang menungguku di balik caramu tersenyum pelan. Kita banyak bicara, meski kadang tak ada arah pasti. Kita saling ejek, saling goda tanpa skrip, tanpa alasan yang jelas. Tidak ada tujuan, tapi aku menemukan rumah di percakapan ringan kita itu. Setiap kalimatmu mengendap di pikiranku lebih lama dari yang seharusnya. Aku tertawa bersamamu, dan di balik tawa itu aku tahu: kamu adalah jeda yang membuat hari-hariku tak terlalu berat untuk dilalui. Semua ejekan kita, ternyata adalah caraku belajar merindukanmu tanpa harus berkata...

JIKA AKHIRNYA KITA TIDAK SERASI (?)

Gambar
Pernahkah kamu merasa, bahwa mencintai seseorang tidak selalu berarti memilikinya? Aku merasa itu setiap kali menatap matamu—dan tahu, bahwa aku bukan bagian dari apa pun yang sedang kamu bayangkan. Kita bertemu di waktu yang salah, atau mungkin semesta memang tidak pernah berniat mempertemukan kita untuk benar-benar bersama. Tapi tetap saja, aku jatuh hati, berkali-kali, di tempat yang sama: kamu. Untuk sekian lama aku mencoba menjadi tenang. Menjauh, mendekat, lalu menjauh lagi. Seperti arus pasang yang tak tahu kapan reda. Aku memikirkanmu bertahun-tahun lamanya, padahal mungkin hanya aku yang mengingat semuanya sebegitu dalamnya. Mungkin kamu tak pernah tahu—atau tak pernah ingin tahu. Pernah aku membayangkan, bagaimana jika cinta itu bisa diprogram? Mungkin aku akan memilih yang lebih sederhana, yang membalas, yang bisa kugenggam. Tapi nyatanya, cinta itu buta arah, dan hatiku memilihmu tanpa izin, tanpa aba-aba, tanpa peringatan dari Tuhan. Kalau saja bisa kutolak, su...

KITA BELUM SEMPAT SALING

Gambar
Setelah masa yang tidak bisa kusebut lagi cinta—karena bentuknya terlalu kacau untuk disebut begitu—aku menjadi lebih banyak diam. Orang-orang mengira aku pendiam, tapi sebetulnya aku hanya kehabisan cara untuk menjelaskan: bahwa ada reruntuhan di dalam kepala yang belum selesai dibereskan. Pernah aku dicintai, lalu dibohongi. Pernah pula dipercaya, lalu dijatuhkan. Dan sejak saat itu, aku tidak lagi pandai menilai mana yang layak dijaga, dan mana yang hanya singgah untuk merusak. Aku tenggelam dalam banyak hari tanpa arah, seperti genangan yang tak tahu harus mengalir ke mana. Lalu kamu hadir, tidak dengan suara, tidak dengan sapaan, hanya dengan keberadaan yang entah mengapa terasa menenangkan. Aku sempat berpikir untuk melangkah ke arahmu—bukan untuk menyuntingmu dari dunia, tapi sekadar memastikan bahwa kamu nyata. Aku ingin memilihmu. Bukan karena aku sedang sepi, tapi karena aku pernah percaya bahwa seseorang bisa membuat luka tak terasa sakit jika ia benar-benar tulu...

SEPERTI RAWA

Gambar
Aku pernah datang ke sebuah rawa. Tak sendiri, tentu saja. Ada kamu di sana, duduk bersisian di bibir sampan kayu yang sudah barut dan renta. Airnya tenang, terlalu tenang, hingga bisa melihat langit memantul dengan malu-malu. Beberapa eceng gondok terapung di dekat haluan, diam seperti tahu bahwa kami tak butuh keramaian. Di kejauhan, gunung berdiri seperti penjaga waktu, dan kereta tua melintas lambat—terdengar samar, seperti dengung cerita lama yang belum selesai dituturkan. Waktu itu, orang-orang sedang memancing. Mereka duduk bersila, sebagian membawa anak-anak, sebagian sendiri, dan sebagian lain seperti tak benar-benar menunggu apa-apa. Aku hanya membawa kamu, tapi lupa membawa kail. Andai aku ingat, kita mungkin bisa menyisipkan kisah tentang ikan kecil yang menggigit umpan, lalu kita tertawa karena senar kusut atau karena umpan justru dimakan burung air. Tapi hari itu tak memberi banyak celah untuk sempurna, dan justru karena itu, aku mengingatnya. Sampan bergoyang...

ANDAI BISA MEMILIH

Gambar
Pernah aku mencoba melupakanmu, sungguh. Tapi entah mengapa, bayangmu selalu pulang tanpa aku minta. Setiap aku berpaling, hatiku justru menemukanmu di ujung yang lain. Seakan kamu adalah rumah yang ditakdirkan tak bisa kutinggalkan. Meskipun aku tahu, rumah itu tak lagi membuka pintu untukku. Untuk sekian kalinya aku jatuh hati padamu. Tanpa aba-aba, tanpa sebab yang bisa kupahami. Aku mencintaimu dengan bentuk yang bahkan tak bisa dijelaskan oleh kata. Kadang aku benci karena cinta ini tak bisa kuhentikan. Tapi aku tetap di sini, dengan perasaan yang tak pernah surut. Pikiran tentangmu sering kali menyusup saat aku paling tidak ingin mengingat. Aku pernah menulis namamu diam-diam di kepala, berharap Tuhan menggantinya—tapi tidak pernah bisa. Bertahun-tahun berlalu, rasaku tidak pergi, justru mengakar. Bahkan ketika kamu tak lagi hadir secara nyata, aku tetap menunggumu dalam doa. Karena ternyata, kamu tak pernah benar-benar hilang dari hatiku. Untuk cinta yang tidak kupil...