KOTA TEMBAKAU: SELEPAS HUJAN REDA
Selepas hujan reda, langit kota masih menggantungkan sisa mendung yang belum sempat sepenuhnya luruh. Jalanan licin, aspal menghitam, dan udara membawa wangi tanah basah bercampur samar aroma tembakau yang sudah lama menjadi nyawa kota ini. Aku melaju pelan di antara sisa genangan, dengan hati yang, entah bagaimana, lebih riuh dari suara hujan yang baru saja berhenti. Hari itu, ada denyut yang tak biasa, semacam rasa syukur yang muncul hanya karena aku sedang menuju seseorang yang membuat hari ini lebih berarti dari biasanya, dan jalan menuju temu menjadi perjalanan yang ingin kuabadikan sepanjang usia. Aku terlambat, bukan karena sengaja, tapi karena lampu merah itu seolah berkonspirasi dengan waktu, menahanku di tiap detiknya yang terasa lambat sebelum akhirnya berubah hijau. Setiap angka di hitungan mundur terasa seperti ujian kesabaran yang tak kunjung selesai. Di antara helaan napas yang berat dan degup yang tak karuan, aku hanya bisa berharap kamu mau menunggu, sepert...