KESENJANGAN ASMARA
Aku berjalan dalam lorong-lorong sunyi bernama harap, tempat di mana cahaya cintamu tidak pernah benar-benar sampai. Dalam setiap tapak langkah, ada sejenis longing yang tidak bisa kugambarkan—ia seperti aroma hujan yang tertinggal di tanah kering: samar, namun menggoda. Aku telah menjelma menjadi perawi luka, mengumpulkan detik-detik di mana namamu aku terjemahkan menjadi pengharapan. Tapi cinta, bagiku, seperti bayangan di senja yang memanjang tapi tak pernah bisa aku peluk. Kamu adalah oasis yang aku temui dalam padang ilusi. Aku mencintaimu dengan intensitas yang tidak pernah kamu minta—sebuah dedikasi sepihak yang lahir dari kontemplasi, bukan kesepakatan. Dalam benakku, kamu telah menjelma konstanta, hadir dalam tiap jeda yang aku tulis diam-diam. Ada semacam devotion yang terlalu purba, yang membuat diriku tak lelah walau terus dicueki. Cinta ini tak mengenal simetri; ia berdenyut dalam ketimpangan, namun tetap tumbuh dalam sunyi. Meski tak berbalas, hatiku tak bisa ...