MENITIP SURAT I



---
Waktu terlambat datang, aku terlalu cepat dalam memilih kata "ingin" untuk sekedar memilikimu. Sekuat apapun tekad terbentuk, jiwaku tidak cukup stabil. Jujur, sudah lama aku ingin menulis ini, tapi kata-kata selalu saja terasa kurang, bahkan saat hati ini penuh dengan perasaan. Aku ingin jujur, walau kadang terlalu berat untuk membuat rasa terungkap semua.

Aku tahu mungkin ini terlambat datang, atau mungkin kamu sudah tidak merasa apa-apa lagi. Tapi, sejujurnya, sejak kali pertama aku mengenalmu, ada sesuatu yang berbeda. Ada perasaan yang tumbuh yang sulit aku jelaskan. Kamu hadir seperti angin sejuk di saat aku membutuhkan itu, dan sejak itu kamu selalu ada dan tumbuh di pikiranku.

Waktu berjalan, dan banyak hal yang berubah, termasuk aku. Tapi satu hal yang tetap—perasaan ini. Aku tidak pernah benar-benar bisa melepaskan bayanganmu, meskipun aku tahu kita tidak selalu bisa bersama. Aku menyesal banyak hal, menyesal kenapa dulu aku tidak lebih berani. Menyesal kenapa aku tidak sempat bilang apa yang sebenarnya aku rasakan.

Aku cuma ingin kamu tahu, bahwa kamu punya tempat yang sangat besar di hatiku. Mungkin aku terlalu terlambat untuk mengungkapkan ini, atau mungkin ini hanya sebuah kenangan yang tidak pernah bisa jadi kenyataan. Tapi aku berharap kamu bisa memahami, bahwa perasaan ini nyata, dan aku sangat menghargai setiap momen yang pernah ada di antara kita.

Aku tidak berharap banyak—mungkin kita sudah terlalu jauh untuk kembali ke seperti dulu. Tapi setidaknya, aku ingin memberi tahu kamu bahwa kamu pernah berarti lebih dari yang mungkin pernah aku katakan. Terima kasih sudah hadir di hidupku, walau hanya sebentar. Semoga kamu selalu bahagia dengan perjalananmu.

Dengan segala perasaan yang sulit aku ungkap, 
—tanpa akhir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAWAR DI BUMI RAFFLESIA

TENGAH JATUH

CANTIK SEUTUHNYA