ANDAI BISA MEMILIH
Pernah aku mencoba melupakanmu, sungguh. Tapi entah mengapa, bayangmu selalu pulang tanpa aku minta. Setiap aku berpaling, hatiku justru menemukanmu di ujung yang lain. Seakan kamu adalah rumah yang ditakdirkan tak bisa kutinggalkan. Meskipun aku tahu, rumah itu tak lagi membuka pintu untukku.
Untuk sekian kalinya aku jatuh hati padamu. Tanpa aba-aba, tanpa sebab yang bisa kupahami. Aku mencintaimu dengan bentuk yang bahkan tak bisa dijelaskan oleh kata. Kadang aku benci karena cinta ini tak bisa kuhentikan. Tapi aku tetap di sini, dengan perasaan yang tak pernah surut.
Pikiran tentangmu sering kali menyusup saat aku paling tidak ingin mengingat. Aku pernah menulis namamu diam-diam di kepala, berharap Tuhan menggantinya—tapi tidak pernah bisa. Bertahun-tahun berlalu, rasaku tidak pergi, justru mengakar. Bahkan ketika kamu tak lagi hadir secara nyata, aku tetap menunggumu dalam doa. Karena ternyata, kamu tak pernah benar-benar hilang dari hatiku.
Untuk cinta yang tidak kupilih ini, aku tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. Jika saja cinta bisa diarahkan, tentu aku tak akan menjatuhkannya padamu. Tapi perasaan ini terlalu dalam, terlalu jujur untuk bisa diatur logika. Aku marah, tapi juga bersyukur. Marah karena luka, bersyukur karena rasa ini membuatku merasa hidup.
Tuhan, jika boleh aku bertanya—mengapa harus dia? Mengapa harus orang yang tak bisa kugenggam sepenuhnya? Aku telah melewati banyak nama, namun tetap dia yang bertahan. Aku tidak mencari alasan untuk terus mencintai, tapi hatiku selalu kembali padanya. Dan aku tak mampu membantah takdir yang telah tertulis begitu saja.
Malam-malamku penuh tanya, tapi jawabannya selalu sama: kamu. Aku mencintaimu dengan cara paling rahasia, paling tulus, paling diam. Walau kamu tak pernah menyadari, rasaku tak pernah berkurang sedikit pun. Setiap pertemuan, betapa pun singkatnya, selalu menyisakan degup yang sama. Seperti pertama kali aku jatuh hati.
Aku tidak tahu bagaimana cara menghentikan rasa ini. Karena setiap usaha melupakanmu justru membawaku ke kenangan yang lebih utuh. Kamu terlalu nyata dalam ingatan, terlalu dalam di hati. Bahkan dalam doa-doaku yang paling sunyi, namamu tetap yang utama. Dan itu membuatku bertahan, bahkan saat tak lagi berharap.
Rasa ini bukan sekadar suka, bukan sekadar rindu yang lewat. Ini adalah perjalanan panjang yang tak pernah benar-benar sampai. Setiap langkahku, entah bagaimana, selalu menuju ke arahmu. Dan aku tidak pernah benar-benar ingin berhenti. Karena mencintaimu, walau sendiri, sudah cukup bagiku.
Yang paling menyakitkan bukan karena aku tidak mengerti perasaanmu. Tapi karena aku tak bisa berhenti mencintaimu, bahkan ketika tahu tidak ada masa depan. Aku mengulang jatuh hati berkali-kali pada orang yang sama. Dan aku tidak tahu bagaimana cara keluar dari lingkaran ini. Tapi mungkin aku memang tidak ingin keluar.
Ada orang yang mencintai karena ingin dimiliki, tapi aku tidak. Aku hanya ingin mencintai, tanpa harus memiliki. Jika takdir memang menjauhkan kita, biarlah aku tetap mencintaimu dalam jarak yang tak bisa ditempuh. Karena mencintaimu tak perlu syarat, cukup hati yang tak menyerah. Dan hatiku, sampai hari ini, belum pernah menyerah.
Tidak semua cinta butuh jawaban. Kadang ia hanya perlu ruang untuk hidup dan bertahan. Aku tidak tahu sampai kapan aku begini, tapi untuk saat ini, aku belum ingin berhenti. Karena kamu adalah cerita yang belum ingin kuselesaikan. Meski aku tahu, kamu tak pernah benar-benar menulis cerita yang sama.
Ini bukan akhir, dan mungkin juga bukan awal. Tapi selama aku masih bernapas, aku akan terus menyimpanmu dalam tenang. Dalam diam, dalam senyum, dalam setiap langkah yang tak pernah jauh darimu. Karena bagiku, mencintaimu adalah bentuk keikhlasan paling dalam. Dan itu tak pernah membutuhkan alasan.
Aku tidak pernah mengendalikan diriku dalam memilih siapa, hatiku beranjak dan memaksa ke arahmu
Komentar
Posting Komentar