CANTIK SEUTUHNYA
Jalanan terguyur air hujan, paras cantikmu tertutup debu-debu. Bolehkah aku mengusapnya?
Setelah kemarau berkepanjangan aku tidak mengira akan tiba saatnya turun hujan. Aku tidak bisa menafsirkan, apakah hujannya tersemat sebuah pertanda. Kalau dipikir-pikir suasana hatiku juga tidak sedang bersedih. Bintang yang kemarin sempat menghilang, sudah aku temukan kembali. Dimana? di dua bola mata indahmu. Mata-mata saat setelah dipejamkan, bermunculan keindahan khas. Semula dipalingkan, kini menjadi tatapan tajam. Aku sangat menyukainya.
Sebelumnya aku ingin meminta maaf, kalau bahasaku sedikit kaku. Aku menulis sembari menjaga jemariku agar tidak bergemetar. Seharian aku hujan-hujanan, aku berlari, aku terpeleset dan aku terjatuh, di pelukanmu. Biar saja aku berjatuh-jatuhan. Aku tidak ingin terjadi sesuatu denganmu. Jangan sampai ada luka, sebab aku tidak akan memaafkan diriku sendiri. Meski tidak begitu terlihat, aku sangat ingin menjagamu.
Sudah, aku tengah berbahagia. Ciptaan Tuhan dengan segala keunikannya dihadirkan di dunia. Walau belum sempat mengucapkan selamat. Aku percaya, semua yang terjadi bukan secara tiba-tiba. Tuhan telah memberikan rencana sebelum aku memikirkan. Terkadang aku merasa heran, dari fase jatuh hati kembali, apakah semua rasa itu bersumber dari tuhan atau muncul dariku sendiri? Andai dari tuhan, lantas bagaimana jika hanya diberikan kepadaku seorang, apakah terlihat tidak adil? Kamu berhak jatuh juga. Kamu harus merasakannya.
Beberapa minggu ini aku sudah mencari berbagai sebab kenapa aku bisa terpikat olehmu. Nyatanya aku tidak menemukan satupun alasan. Haruskah kita mengulang saat pertama kali jumpa? Yang aku ingat, waktu itu aku hanya merasa kalau kita pernah bertemu sebelumnya. Lantas dimana? bukan sebuah kebetulan kita pernah bertemu, aku sulit mengingatnya. Auramu tidak asing, suaramu pernah aku dengar. Wajahmu pernah aku lihat. Tawamu. Semuanya, aku tengah kebingungan. Semua tampak nyata.
Selain perasaan tidak beralasan ini bermunculan, ada yang harus aku pastikan. Perihal cantikmu. Kata orang cantik itu nisbi, bagiku cantikmu mutlak. Aku tidak boleh mengelak. Beberapa tempat tengah ikut menyaksikan. Saat di darat aku tidak mampu mengelak, kamu terlihat cantik. Saat di pusat kota aku tidak mengelak, kamu sangat cantik. Saat di tepi laut aku tidak bisa mengelak, kamu tetap cantik. Saat di pegunungan aku tidak akan mengelak, kamu tetap pada cantikmu. Saat masuk dalam kamar, aku tidak bisa bergerak. Karena dipikiranku terisi kamu, kamu dan kamu.
Cantikmu sungguh pasti, aku belum menemukan kepalsuan di dalamnya. Saat terlihat pudar, aku tetap menyukaimu. Saat tertutup abu, cantikmu selalu utuh. Aku bersyukur setidaknya paras indahmu itu pernah aku sentuh. Kamu mengingatnya bukan? Sungguh tak terduga. Satu hal yang aku khawatirkan, saat ada seseorang selain diriku sedang menyentuhmu. Aku tidak mampu menerima dan melihatnya. Terlihat egois, perasaan teriris. Dirimu dijaga dengan baik.
Aku belum sempat berpikiran jauh. Apakah situasi ini akan menjadi sesi terakhirku merasakan jatuh cinta? ataukah sesi terakhir dari hubungan kita yang sebetulnya butuh waktu tepat untuk menjelma? Atau hanya dariku? Kamu tampak biasa tanpa merasakan apa-apa? Atau malah darimu karena aku tidak pandai menunjukkan? Aku sedang mempersiapkan. Semoga kamu turut mendoakan.
Kalau pun benar cantik itu nisbi, perasaan tertarik muncul dari sifatmu
Komentar
Posting Komentar