BULAN INI, MILIK SIAPA?

Hari ini sungguh menguras banyak waktu, seharian belum ngaso sedetikpun. Sampai rumah aku berlari menuju kamar melepas ikat pinggang, belum sempat bersihkan tubuh aku lompat di atas ranjang. Aku letakkan punggungku, nikmat luar biasa tengah aku rasakan. Meluruskan punggung dan melepas penat adalah gayaku dan sudah menjadi kebiasaan. Namun, saat ingin memejamkan mata lagi-lagi ada saja yang membuat pikiran terbata.
Kita hidup dalam sepasang sepatu ungu tertawan mendung. Genangan yang belum sempat aku kuras dan bersihkan, kini tercium aroma menyengat. Kaca dari setiap pancaran mata seolah menyisakan banyak cerita. Entah siapa yang paling belagu dalam menunjukan rasa atau entah siapa yang paling acuh untuk berusaha terus menjauh. Aku sendiri masih menabung kalimat-kalimat di pikiranku dalam perwujudan tanda tanya, dan tidak pernah sempat ada jawaban. Darimu.

Seseorang akan sangat terluka saat mereka teringat masa lalunya, terlihat membiru pada raut pasang muka. Beberapa dari mereka akan menyerah bahkan melampiaskan semua lukanya pada orang yang sebenarnya tidak berhak untuk menerima. Bagiku masa lalu adalah masa kini. Aku selalu melanggengkan cinta, aku mengubur semua luka. Seperti aku melanggengkan namamu pada setiap awal tulisan, berlindung pada kata jatuh.

Semua bentuk kesabaran aku alami, seluruh fase sudah kulalui. Kalau ada seseorang bercerita tentang dirinya yang paling merasa tersakiti, akan aku pertegas sekali lagi, aku sudah khatam di semua babnya. Bagaimana membuat sebuah luka menjadi pengalaman paling berharga. Saat tiba-tiba diserang murung dan melamun sudah tidak ada rasa sakit yang terasa, aku membuatnya menjadi senyuman dan aku tidak menggapnya sebagai penyesalan.

Singkatnya, dari segala kisah yang ada hanya menyisakan pesan-pesan darimu yang masih tersimpan dan sering aku baca. Masih tertata rapi dan belum aku hapus sama sekali. Walau tidak banyak, kini menjadi hobi baruku. Saat melihat tulisan lucu darimu, aku juga masih sempat tertawa (semirk). Terdengar gila bukan? aku memang sungguh gila. Menggila pada wanita yang sulit untuk aku damba. 

Walau sedikit, setidaknya ada beberapa hal yang masih aku ingat. Pernahkah dari kita mengingat dahulu pernah mengirim pesan hingga larut malam walaupun sekedar kata  "iya" dibalas "iya", "oke" dibalas "oke" tanda titik dibalas karakter gambar lucu, sembari senyum-senyum tanpa kejelasan. Pesan aneh macam apa itu yang orang awam pun kalau melihat langsung jijik dan mual-mual sampai menyesal membacanya. Namun, bagiku hal sekecil apapun aku usahakan untuk tidak lupa.

Dari setiap gerak-gerik sikapmu yang terus membuatku jatuh. Beberapa waktu luang, sudah kita habiskan untuk berkirim pesan dan berkabar. Hingga sudah terlalu banyak tulisan singkat yang kamu kirimkan, terakhir kali hanya sebatas "ok" namun aku membacanya sebagai "aku mencintaimu" . Kalau memang dirimu lupa, aku bisa membantumu kembali mengingat. Setidaknya sekali ini saja. 

Bahasa cinta memang sungguh rumit. Sebagian orang melihat paras muka, melihat barang yang dibawa atau paksaan agar terhindar dari kesendirian. Bagiku bahasa bahasa cinta sangat kuat, sebelum kita saling mengenal jauh, sudah ada tujuan kebersamaan yang utuh. Sebab cinta tidak ada sebab-sebab lain yang memaksa. Kita memang sering sibuk, apa salahnya jika salah satu mengalah untuk saling membujuk. Demi alasan bersama, pengorbanan tidak datang dari satu sisi saja.

Aku selalu membiarkan jemariku mengirim pesan, aku menulisnya sebagai perwujudan bahwa ada banyak kesan mendekam di tengah kita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAWAR DI BUMI RAFFLESIA

TENGAH JATUH

CANTIK SEUTUHNYA