PADA RINDU

Langit gelap bintang tak lagi terlihat purnama pun tak lagi terdengar. Pada malam aku sengaja membuang semua kartu-kartuku, tiket dimana menjadi harapan saat kisah kasih kita terbuai. Beberapa kisah yang kian usang, aku meminta maaf pada diriku ketika tidak sempat membuat dirimu tertawa sampai akhir cerita. Di tengah kisah sesaat hati terasa gundah. Aku juga tengah heran perihal sebab utama terwujud. Hatiku kacau diburu khawatir. Ingin berlama-lama denganmu tanpa rancu. Menggodamu setiap waktu. 

Awalnya aku ingin membuat sekenario tentang kisah kasih yang berselang indah. Aku ingin menulis semua apapun yang terjadi pada kita. saat kali pertama pertemuan tiba. Perjumpaan yang tidak pernah menjadi dugaanku sebelumnya. Satu hal, aku selalu menyempatkan tuhanku saat asmara tiba-tiba melanda. Aku khawatir kalau apapun yang terjadi hanya kisah sesaat dan rasa penasaran saja. Aku tidak ingin kejadian seperti itu terjadi.

Dalam kurun waktu yang tidak cukup lama, bagiku. Aku masih teringat jelas obrolan-obrolan sempat mengutara. Setiap saat melihat matamu, rasa-rasa pernah mengenal sebelumnya. Tapi dimana? Apakah pertemuan kali pertama kita jumpa sebetulnya menjadi pertemuan kedua? tanpa kita sadari. Saat itu aku hanya menghabiskan waktu untu berpikir pada diriku sendiri daripada banyak mengobrol denganmu. 

Alur cerita yang sengaja aku buat, ternyata sungguh-sungguh terjadi. Beberapa detik saat memikirkanmu esoknya kita berpapasan. Aku tengah mengunci dan menunggu apa yang terjadi selanjutnya. Maaf cerita terdengar aneh, tapi tidak ada waktu lain selain memikirkanmu. Dalam setiap langkah sengaja atapun tanpa kesengajaan.

Rindu, menjadi senjata yang sering ku pergunakan. Pada langit saat meneskan hujan ke tanah. Pada angin saat menyapa dedaunan. Aku terus mencobanya, ingin sekali aku teriak sekencang-kencangnya sembari menyebut namamu. Agar daun dan hujan minder mendengarnya. Pohon-pohon menjadi penyangga setiap luka tengah menimpa. Jujur aku sangat rindu.

Kalau boleh jujur, saat melihatmu jiwaku terasa kaku. Seketika ingin melipatkan mentalku menjadi kali dua. Agar tetap teguh seutuhnya. Garis mata yang menghiasi wajahmu memiliki pancaran berbeda dari siapapun. Aku begitu merindu tentang hal kecil apapun yang terjadi pada kita. Caraku? aku masih memikirkan caraku apakah ada yang keliru atau dirimu yang sengaja membisu? Sampai saat ini, aku masih menginginkanmu.

Aku berharap agar pertemuan-pertemuan yang akan terjadi nantinya membuat diriku menjadi lebih kuat dan tabah. Apakah dirimu memang menjadi garis pilihanku atau pun garis setiap orang yang lebih berhak menjagamu. Aku tidak akan berhenti sampai di sini. Esok masih ada hari yang memberikan penantian, bagaimana tandir tuhan tumbuh dan terjelma. 

Langit bebisik, pesan dari tanah apakah hujan yang turun bukti perwujudan awan akan kerinduan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAWAR DI BUMI RAFFLESIA

TENGAH JATUH

CANTIK SEUTUHNYA