LUKA-LUKA MELUPA
Angin beradu kencang, sepanjang malam tak kunjung bertemu bintang. Bintangnya tengah menghilang beberapa saat. Cuaca tak menentu seringkali membuatku bertanya apakah hendak turun hujan? aroma sepi selalu menusuk hidung dan terngiang di telinga. Keheningan mulai mengendap ketika suara teriakan mengganggu mulai tak terdengar. Apakah aku harus mencarinya? kemana?
Dahulu saat aku bercerita perihal fase pemulihan diri. Aku tidak pernah menduga akan tiba saatnya pada fase jatuh hati kembali. Aku tidak pernah memberikan persiapan pada diriku. Aku heran kenapa orang sepertiku diberi rasa suka kembali. Nampaknya takdir Tuhan lebih kuat dari doa-doa yang selama ini aku layangkan. Saat ini aku juga berada ditahap membersihkan diri agar menjadi lebih baik. Kelak saat aku sedang jatuh hati agar tidak menerima jatuhnya saja. Aku juga ingin mendapat hati, hati siapa? Hatimu.
Fase jatuh hati kembali membuatku rapuh. Aku tengah kebingungan untuk maju sekarang atau nanti. Aku melihat masih ada sisa luka yang melekat dalam hatimu. Bukan aku tidak ingin memulai, hanya saja aku tidak ingin terlihat sebagai penyembuh setiap sakitmu. Orang baru yang dijadikan objek pengalihan saat hatimu merasa patah. Sembuhnya lukamu hanya dirimu sendiri yang mampu mengobati. Bukan tidak mau bersama, aku takut setelah lukamu reda. Kamu pergi begitu saja.
Kalau boleh jujur sakitmu bisa aku bantu hilangkan secara perlahan, asal ada keinginan dari dirimu. Aku tidak mau berjuang dari satu sisi. Aku ingin bersama. Kamu tidak perlu risau untuk memintaku menemanimu. Lukamu hanya satu, kamu tidak pernah membuang jauh-jauh orang yang pernah memberimu rasa sakit mendalam. Aku tau hal paling susah untuk dilupakan adalah potret kebersamaan. Aku pernah merasakan. Hampir setiap malam aku buka album foto di galeri, sampai mengganggu waktu tidurku.
Sampai ada waktu yang memaksaku untuk bepergian sangat jauh. Aku berada jalanan besar melewati berbagai macam kendaraan. Jalannya ramai, kebetulan waktu itu sore hari. Hal yang paling membuatku sial tengah terjadi. Aku lupa menyimpan ponselku di tempat aman. Aku hanya menaruhnya di saku celana, sampai tak sadar kalau ponselku jatuh terlindas truk besar. Ada seorang ibu bermotor memanggilku. Aku melihat barang kotak kecilku yang sudah tidak ada harapan lagi untuk dibenahi.
Aku sangat paham, bagiku masa tersulit adalah melupakan semua kenangan hangat yang berkisah bertahun-tahun. Tuhan sudah menjawabnya, tuhan membantuku untuk tidak mengingat segala kisah apapun yang terjadi dengan orang lamaku. Aku tidak perlu repot-repot menghapus satu-persatu. Aku menepi sebentar untuk membeli minuman. Aku mencoba menenangkan diri sambil merenung. Anehnya penyesalan besar tidak terlalu aku rasakan. Haruskah aku bersyukur atau bersedih?
Aku mencoba mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang menimpa. Tuhan tidak ingin membiarkan orang tidak pasti mendekam dalam pikiranku. Cara tuhan menolongku sungguh unik. Semoga kamu memahami sebelum sesuatu yang menyakitkan tiba-tiba terjadi. Sembuh dengan caramu sendiri atau aku turut serta di dalamnya? Kamu lebih tahu. Aku harap kamu selalu ceria. Aku suka caramu tertawa.
Melupakan tidak harus membuang, anggap saja kembali ke masa saat sebelum mengenal. Semua terasa biasa saja, melihatnya pun tanpa ada luka
Komentar
Posting Komentar