KALAU KASIH MENYAMBAR PULAU SEBERANG

Sehelai pasmina menampar raut pasang muka, kaki-kaki dari beribu janji patah terkhianati. Senyum ayu gadis lugu sudah menjadi palsu. Sentuhan tangan mungil hanya sebatas rayu, dan kalimat yang sempat terucap semata syair lagu. Sungguh tak ada keraguan lagi bagiku. Kali ini, aku ingin benar-benar melupakanmu. Bagiku melupakan adalah prasarana singkat agar hati lekas kembali pulih dengan cepat. 

Aku mungkin sebagian kecil ceritamu. Dari sekian orang yang selama ini kamu temani. Aku hanya segelintir ruang yang mungkin ada di kepalamu. Aku hanya secuil gelimang pasang nyawa yang ada di hatimu. Atau bahkan tidak sama sekali. Apa aku yang terlalu berlebihan dalam memahami isi hati? Aku tidak pandai membedakan antara mata tulus dan mata yang sekedar mengasihani. Semuanya sama, sama-sama indah untuk aku pandang.

Setelah beberapa pekan dalam fase pemulihan diri, aku mencoba menyambangi tempat langka. Tempat sepi dari cerita palsu. Dalam rangka mencari ketenangan isi hati, aku mendatangi sebuah pulau kecil. Pulau mungil yang dipercaya oleh kebanyakan orang, barangsiapa hatinya pernah terluka seketika langsung sirna. Aku tidak begitu paham entah yang sirna lukanya atau rasa cinta, terpenting aku akan membuktikan. Barangkali setelah dari sana aku menemukan kisah kasih baru, agar diriku tidak diambang asmara layu. 

Pergi sendiri menjadi keputusan cukup berat. Karena selain mempersiapkan dengan matang, ada konsekuensi yang akan aku tangani sendiri semisal hal buruk tiba-tiba terjadi. Aku sempat bercerita dengan bapak yang mengantarku pergi ke seberang. Kelihatannya ada banyak cerita yang tidak pernah diceritakan kepada sembarang orang, dan hanya diriku yang diberi tahu. Kelihatan sekali dari raut wajah saat berkisah. Dari masalah ekonomi hingga pernah ditolak pekerjaan berkali-kali, dan memutuskan untuk mendayung kapal yang penghasilannya lebih pasti. Urusan pasti banyak atau sedikit lebih utamanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pada akhirnya beliau juga bercerita tentang perjuangan kisah cintanya yang begitu rumit. Karena mengingat beliau bukan siapa-siapa katanya, sampai mendapatkan wanita yang didamba. Hingga akhirnya sempat menanyaiku perihal asmara, dan aku hanya bisa menjawab "aku tidak mengenalnya(cinta) pak". Bukan sok angkuh, tapi karena kebetulan memang aku baru saja dilanda luka. Spontan beliau mengingatkanku dengan bahasa amat keras "loh,, manusia tanpa cinta, mending mati saja mas" tuturnya sambil diselingi ketawa khas seorang bapak-bapak. 

Seketika aku langsung tercengang dan merenung. Lantas apakah aku harus memaksamu untuk menerimaku? Apakah aku harus terus-terusan mengejarmu walau pengabaian yang sering aku dapati? Aku tahu, sepertinya kamu tidak akan pernah mau. Apalah aku yang selalu gampang memasukan perkataan orang dalam isi ruang kepala. Entah seseorang yang hanya bercanda atau serius berkata. Kalau saja aku kebih rajin mengatur jadwal pertemuan kita, mungkin tidak akan ada air mata yang perlu menjadi korban.

Sampai di pulau, aku menemukan banyak hal yang bisa aku amati satu-persatu. Namun, satu-satunya hal yang tidak dapat aku analisis adalah perihal pikiranmu. Aku sangat kewalahan dalam menentukan jalan keluar. Sebab aku tidak pernah menemukan kesenjangan isi hati di antara kita. Tidak pernah terdengar sakit dalam sapa kecuali itu, sengaja membisu. Tidak ada remuk dalam jenguk. Aku tetaplah aku. Diriku, sikapku, perhatianku. Kamu tetaplah kamu. Dirimu, sikapmu, pengabaian itu. Terus saja begitu, sampai kamu benar-benar mempercayaiku.

Setelah beberapa jam berjalan dan menyusuri keindahan yang diberikan oleh tuhan. Rupanya ada juga yang membuatku kecewa. Awalnya yang ku kira sunyi saat ombak sedang pasang ternyata banyak mereka yang berpasang-pasangan. Pradugaku keliru, niat awalku mencari ketenangan. Malah disambut banyak orang saling bercengkrama. Tapi, aku juga heran kenapa mereka tidak memahamiku dalam kesendirian. Sesama lelaki seharusnya paham, dan merasakan kalau sedang dilanda kecemburuan. Bukan cemburu atas orang yang aku cinta, melainkan cemburu dalam memahami rasa. Aku tipe yang berhati-hati, tidak mau menyakiti cinta yang sedang dijaga. Aku sangat mewanti-wanti jika harus dekat dengan siapa saja.

Ada banyak pelajaran yang aku dapati selama di pulau. Dari banyaknya hewan laut yang kebetulan menepi untuk aku ambil gambar dan banyak orang sedang berkunjung. Aku sangat menghargai bagaimana cara mereka dalam memadu kasih. Aku ambil cerita untuk kembali mengukir kisah. Aku tidak mau salah lagi untuk beberapa untaian harapan yang sudah musnah. Karena aku juga bukan orang yang gampang berganti hati. Aku siapkan hatiku untuk mereka yang benar-benar mau memahamiku.

Seringkali aku menemukan tempat yang begitu menawan, sementara kisah kasihku sudah digempur habis-habisan 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAWAR DI BUMI RAFFLESIA

TENGAH JATUH

CANTIK SEUTUHNYA