PADA ABAI, RINDU MENYAPA

Kemarin hujan, banyak rintik air berjatuhan. Semoga air mataku tidak turut jatuh berlarut-larut. Dua batin tanpa kantuk tak kunjung terpaut. Rupanya, hal yang aku khawatirkan sedang terjadi, rindu dan hujan telah menyatu. Aku basah kuyup diguyur rindu. hatiku terbanjiri, bahkan sampai ke urat-urat nadi. Sementara tidak ada tim penolong manapun yang mampu mengevakuasi. Bisakah kamu datang menghampiri untuk pertama kali?

Rindu tiba, Seperti biasa aku hanya bisa membuka album foto lama di ponselku, mencari-cari siapa tahu masih ada gambar cantikmu. Padahal cukup dengan aku menutup mata, sosokmu yang tak lagi lugu itu, bisa langsung terlukis di pikiranku. Saat tertutup kerudung segi empat, wajahmu pekat dan ingatanku tentangmu masih sangatlah kuat. Apalagi saat melihatmu memakai kerudung bergo, terlihat alami tanpa balutan bedak sedikitpun. Bagaimana mungkin aku bisa memalingkan pandangan. Kata orang, yang cantik banyak. Namun yang sepertimu amat sangat langka. Mungkin kamu satu-satunya. Jujur saja akhir-akhir ini beberapa orang sengaja mencuri-curi perhatian, untuk aku miliki. Dan aku tetap pada porsiku, memilihmu.

Namamu khas dan sangat unik, kalau kebanyakan orang di luaran sana menyisipkan nama Arab atau English name pada nama mereka, tidak berlaku denganmu. Namamu sangat men-Jawi. Aku sampai terngiang-ngiang sedari siang sampai dijemput petang. Jika saja tulisan ini menjadi yang terakhir kali, tidak akan menjadi masalah. Sebab, namamu sudah aku jadikan judul buku dari kumpulan puisi-puisi indah tentangmu. Karena namamu begitu melekat saat ku baca.

Sebentar, masih bolehkah aku bercerita? tentang dirimu? masih banyak cerita yang belum aku tulis semasa dilanda gempuran tangis. Jujur aku bukan tipe romantis, tapi untuk membersamaimu aku tetap optimis. Mengingat hal-hal yang seharusnya kita lalui tiba-tiba terhenti dan tak sempat terjadi. Entah aku yang terlalu kaku dalam mencintai atau sifatmu terhadapku begitu abai. Aku bingung, aku bertanya-tanya. Apakah ada kegalalan dalam dirimu yang tidak paham bagaimana caraku mencintaimu? Ataukah aku yang gagal memahami caramu untuk dicintai olehku? 

Aku sempat teringat cerita singkat, dulu kita pernah berandai datang ke suatu tempat. Kita berwacana mengunjungi sebuah dataran tinggi. Tepat sekali, di puncak pendakian. Kamu mengajakku dan aku meng-iya-kan. Entah sebagai liburan atau sekedar bersenang-senang. Aku tidak peduli, terpenting aku ditemani gadis cantik sepertimu. Dan ternyata semua tersisa sebagai angan saja. Kamu pergi tanpa sepengetahuanku. Kamu berdiri berdua dengan orang yang tidak ku kenal. Aku sangat menyayangkan, andaianku hilang nyata.

Caraku salah, aku berandai pada seseorang yang selalu abai

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAWAR DI BUMI RAFFLESIA

TENGAH JATUH

CANTIK SEUTUHNYA