KITA LAHIR DI BULAN YANG SAMA


Takdir mempunyai rincian khusus terperinci, saat kita tidak mengenal masing-masing diri. Menang diatas mimbar kenyataan. Dibawah tumpuan air mata menyakitkan. Saat berlari menghindari tolakan bisu mengganggu. Kita selalu berharap pada kata pasti. Berlindung pada kenyamanan luka. Memohon keharibaan pencipta agar tidak akan pernah terjadi lagi kepatahan hati.

Saat tidak ada seorangpun yang tahu tentang sendang abadi. Sedang kita sibuk menghindar dengan alasan hilang. Kita amunisi lupa terkonspirasi oleh duka. Saat waktu tidur telah usai, kamu selalu memintaku untuk membangunkanmu. Begitupun sebaliknya, saat waktu bangun telah usai, kamu memintaku untuk segera tidur. Tidak boleh kemalaman. Sampai ada kata paksa dan berebut perintah. "Kamu tidur dulu ya!" "Kamu tidur dulu ya!" "Tidak, tidak kamu saja tidur sana." Pada akhirnya, kita menghitung angka bersama.

Kadang kala saat teringat kisah seperti itu, beberapa air mata sengaja jatuh. Tanpa ada aliran yang terhentikan. Tanpa merasa salah sedikit pun. Menggenang dalam kerutan. Kerutan yang terjadi akibat pertarungan otak melawan hati. Dalam tema "memikirkan kamu".

Saat orang-orang berdatangan sambil membawakan beberapa lilin, aku tidak mengerti yang mereka maksud. Aku hanya mampu berkata, "aku tidak pernah merayakan hari kelahiran, jadi jangan ada yang mengulangnya." Pintaku sejenak sambil memeluk kedua lutut, dan mereka memberikan pelukan hangat; sebagai simbol kesetiaan pertemanan yang tidak akan pudar.

Alasan yang selalu terkenang dalam ingatanku adalah ada satu bulan sama yang perlu diperingati. Namun, aku tidak begitu mengingat perihal angkanya. Dan nampaknya aku masih seperti diriku dulu yang menjadi manusia biasa. Biasa menerima siapapun yang datang kerumah hingga larut malam, bahkan sampai penghujung hari sekalipun.


Bulan yang sama, harus dirayakan secara bersama 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAWAR DI BUMI RAFFLESIA

TENGAH JATUH

CANTIK SEUTUHNYA